Apa Yang BRAND KECANTIKAN Saat Memerintah BLOGGER || NGOPICAN X BEAUTIESQUAD

Hello, everyone . Gimana nihh kabar readers ?? Ngapain aja nih selama dirumah aja ?? Jangan lupa cuci tangan dan jaga kebersihan smoga kita semua selalu dalam lindungan allah swt . Aminn . Di blog kali ini aku mau bahas tentang "WHAT DOES BEAUTY BRAND EXPECT WHEN HIRING A BLOGGER" hasil aku ikutan seminar online aku di Ngopicantik10 by BEAUTIESQUAD yang di laksanain 18/04/2020



https://www.instagram.com/beautiesquad/


Nah... Pembahasan ini  melalui online via WHATSAPP . Ini dia pembahasan dari ka erny kurnia dan jangan lupa juga buat kepoin blog dan ig nya ka ern

https://www.instagram.com/ernykurnia14/



Pembahasan ka Erny :

Nah, topik sharing ini tentang "What Does Beauty Brand Expect when Hiring a Blogger" topik yang menurut saya cukup seksi ya untuk blogger. karena saya dulu juga suka bertanya-tanya kenapa sih si A diajak kerjasama, aku nggak? Atau, apa sih yang membuat blogger A sering jadi langganan brand dan kita biasa aja? Untuk mengawali topik malam ini, saya ingin mengawalinya dengan "Tujuan brand kerjasama dengan blogger"

Ada beberapa goals sebuah brand mengajak kerjasama dengan blogger. Beberapa di antaranya untuk :

1. meningkatkan backlink ke official website brand yang efeknya akan membantu untuk mendapatkan lalu lintas rujukan dan juga membantu dalam meningkatkan Domain Authority ( DA ) dari website brand. Peningkatan DA dan PA di website brand akan mempengaruhi brand value brand itu sendiri dalam jangka panjang .

2. Meningkatkan SEO brand di mesin pencari google

3. Meningkatkan awareness tentang brand dan produk tertentu yang sedang mereka promosikan

4. Memberikan banyak opsi review ke calon customer sehingga secara tidak langsung menunjukkan gimana cara kerja produk di berbagai jenis kulit. Maka dari itu, ada durasi masa pakai skincare mulai dari 2 minggu hingga 4 minggu. Karena idealnya hasil akan nyata terlihat setelah 4 minggu pemakaian.

Efek jangka panjangnya akan membantu brand meningkatkan brand value.

Untuk mencapai goals tersebut saat bekerja sama dengan blogger, tentu brand jadi punya kriteria khusus. Nah, beberapa hal ini yang perlu diperhatikan oleh blogger.

Kita mulai dengan "Apa kriteria brand saat mengajak kerjasama dengan blogger"
Kriteria beauty brand untuk kerjasama dengan blogger tentu beda-beda. Tapi sejauh ini, dari dua brand beauty yang pernah saya handle, ada beberapa kriteria khusus seperti:

1. Blogger harus punya platform TLD dan DA/PA yang oke. At least 12/20. Kenapa DA/PA penting? Karena percuma kalau kita kerjasama dengan blog non-TLD dan juga DA/PA rendah. Secara simple-nya tujuan brand untuk ningkatin SEO hingga DA website brand akan susah tercapai karena umumnya blog non-TLD tidak terindeks oleh google sebagus blog TLD. begitu pula bila DA/PA-nya rendah.

2. personal branding si blogger. Oleh karena itu, seorang blogger harus punya personal branding yang kuat. Apa yang dia tampilkan di blog dan social media sebaiknya selaras.
Karena brand beauty yang saya handle sangat mengutamakan keamanan produk dan ingin mengedukasi calon customer, maka blogger yang diajak kerjasama pun harus tidak pernah membahas produk abal-abal. Abal-abal ini bukan hanya sekadar untuk beauty product saja, tapi juga tidak menggunakan barang-barang kw lainnya (fashion, sepatu, dll)

Jadi memang soal personal branding blogger ini sangat diperhatikan. walaupun kembali lagi, "setiap brand" biasanya punya kriteria berbeda. Kalau temen2 amati, brand The Body Shop misalnya. Mereka tidak mengajak kerjasama blogger atau vlogger di level micro dan masif. karena kriteria yang mereka pakai itu, ambassador ya harus TOP KOL, Skincare guru, atau TBS Beauty Bae untuk micronya. Tapi, bila kita amati siapapun yang diajak kerjasama punya personal branding yang "kelihatan jelas" nggak yaudah asal aja gitu.

3. Apakah harus blogger yang cantik dan putih? Tentu jawabannya tidak. Tapi bisa jadi beda brand beda spesifikasi. Kalau di brand yang saya handle, kami mengutamakan blogger harus bisa "sharing knowledge tentang produk kami dengan clear ke pembaca". Tentunya dengan menambahkan experience selama pemakaian produk juga.

4. Blogger harus menyertakan visual yang representatif dan clear (kualitas bagus) sebagai pendukung tulisan. Oleh karena itu, tema blog pun menjadi pertimbangan brand karena brand biasanya menyasar kelas tertentu sebagai target marketnya.

"Apakah blogger harus kuat di social media untuk diajak kerjasama oleh brand ?"

Kuat secara branding, tapi tidak harus selebgram. Karena goalsnya nanti akan berbeda lagi. Untuk itu, blogger sebaiknya juga menggarap social medianya dengan serius dan mempertajam personal brandingnya. Jadi sebagai blogger juga kamu punya banyak chance untuk ketemu sama brand di berbagai platform. Dan keaktifanmu tersebut akan membuat brand ngeh atau bisa jadi kamu malah jadi top of maind .
Selain itu, melihat tren beberapa waktu terakhir blogger sepertinya kalah pamor dengan vlogger. Sebenernya nih "apakah tren brand ngajakin kerjasama dengan blogger akan mati seiring tumbuhnya vlogger?"

Sebagai orang yang bekerja di brand, jawaban saya tidak. Karena beda platform tentu beda tujuan dan potensial customer itu jenisnya macem-macem sehingga tidak pernah menutup kemungkinan kalau blogger akan tidak dibutuhkan karena adanya vlogger. Maka dari itu, blogger tetap dibutuhkan. Hanya saja, kembali lagi ke brandnya. Saya harus mengakui kalau nggak semua PIC yang handle kerjasama dengan blogger itu benar-benar paham apa yang brand butuhkan. Dalam kasus saya sendiri, pernah suatu ketika ada yang tanya dari internal "kenapa sih masih pakai blogger, kan tren udah ke ranah lain?" Iya, mungkin tren ke ranah lain, tapi kembali lagi ke poin awal yang saya sampaikan tadi. Ada goals untuk nguatin brand value di halaman google. dan nggak jarang, efeknya itu jangka panjang. Karena banyak menghiasi halaman search engine, eh jadi ada klien untuk jadi partner jualan kami. Jadikan kan nggak cuma dari SEO menguntungkannya, tapi juga dari sisi brand awareness, brand value, bahkan ke tingkat sales.
Poin terakhir, jadi sebenernya "Apa ekspektasi brand saat kerjasama dengan blogger ? Dan apa ekspektasi brand saat kerjasama dengan blogger ?"

1. Blogger bisa menjadi ambassador dari brand untuk menyampaikan informasi terkait produk yang disepakati. Bila ranahnya makeup, maka lewat tulisannya bisa mengemukakan review secara clear meliputi deskripsi produk, ingredients, feel saat digunakan, hingga plus minusnya. (Walaupun nggak semua brand bersedia bila ada poin minus disampaikan.) Sedangkan untuk skincare, bisa memberikan penjelasan detil tentang produk terutama bila digunakan pada kondisi kulit seperti blogger terkait. Itulah kenapa unsur personal itu penting banget dimasukkan dalam review.

2. Terjalin simbiosis mutualisme karena baik brand dan blogger sama-sama punya kepentingan di sini, sehingga harapannya bisa bekerjasama dengan sama-sama profesional.

3. Membantu brand meningkatkan brand value dan branding position. Berkaitan dengan branding position, ini erat juga kaitannya dengan personal branding dari blogger atau ini mengacu ke kriterian blogger yang diajak kerjasama.

Nah, itu dia pembahasannya dan di seminar online ini juga ada sesi tanya jawab  nya . ini dia :

1. Pertanyaan :
Kan udh jadi rahasia umum lah ya bbrp blogger atau nano KOL ada yg beli followers. Sebenernya tuh brand tau ga sih kalo ada yg  beli followers gitu? dan brand tuh ngecek juga ga sih?
JAWAB : Itu sebenernya kembali ke team yang handle ya. Seperti saya mention di sesi materi. Banyak PIC itu kadang nggak paham hal begituan. Jadi memang menentukan juga kualitas PIC dari brand ahensi dengan cara kerjanya. Kalau kami selama ini melakukan pengecekan. Kebetulan di kantor saya ada influencer marketing. Salah satu tugasnya itu memang untuk cari potensial blogger or nano KOL. Harus research. Sejujurnya, team saya pun pernah ngalamin kecolongan. Ini bukan tentang followers beli, tapi udah research eh pas diajak kerjasama kualitas kontennya fail. Ibaratnya mbak mesti review deodoran wangi mawar, tapi properti fotonya itu deodoran dan bawang. kan nggak relate ya. Kalau soal followers beli apa nggak, itu kelihatan banget mbak sebenernya dari segi perfoma kontennya dan engagement saling komen sama temen juga kelihatan mbak. Jadi kalau bisa sih jangan sering2 POD gitu. lama-lama soalnya performanya kaya ga asli

2. Pertanyaan : Tadi ada brand yang ga mau diinfokan kekurangannya walaupun disampaikan dengan bahasa yang baik.
Padahal, menurut aku itu baik untuk meningkatkan kualitas brand nya. Bahkan ada juga brand yang ngasih teks script bahasa yang harus disampaikan oleh blogger.

Menurut Ka Erny, apakah yang ada dipikiran brand kalau seorang blogger "nego" untuk menolak secara halus permintaan brand tersebut? Apa akan kapok kerjasama dengan blogger itu?

Kedua, kalau kita kerjasama dengan brand kan ga etis ya kalau kita membandingkan produk brand A tersebut dengan produk brand lain yang sejenis. Tapi misal di luar kerjasama, bagaimana pandangan brand kalau kita buat perbandingan produk sejenis dari brand A brand B brand C?

Jawaban : Kalau soal etis nggak etis, itu "nggak etis sih mbak" menurutku kekurangan pada suatu produk itu hal yang wajar dan misal masalahnya ga cocok di kulit blogger, itu manusiawi. Nggak cocok kan bukan berarti produknya jelek ya. Kaya misalnya aku suka makan pare yang pahit, mbak ga suka padahal pare banyak gizinya. Ya bukan krn parenya yang jelek, tapi memang nggak masuk aja di kita. So, kalau ada script bahasa yang panjang dan harus mention puji-pujian kok secara nurani juga kurang sampai ya ? so, jalan keluarnya gimana? Komunikasikan saja dengan pihak brand. Beberapa KOL yang jadi partner kami ada yang begitu. Nyoba produk nggak cocok, nah biasanya mereka konsultasi dgn orang yang handle untuk cari jalan keluar cara nyampeinnya gimana. Lalu apakah nanti akan kapok? Itu kembali lagi mbak, "tergantung brand-nya" ada yang kapok ada yang nggak. Kalo kami kebetulan nggak. Bahkan pernah ada kasus blogger bener2 nggak cocok, kami bayar di muka. dan dia udah jadi tulisan. Tapi setelah nego ternyata isinya full tentang ketidak cocokan (blogger nggak bisa nyampein tentang solusi kalau nggak cocok gimana, atau ngakalin gimana) di titik ini kami as brand diskusi, apakah akan jadi hate speech orang nangkepnya atau gimana. akhirnya karena tulisan 2 halaman bener2 nggak cocok soal produknya jadilah kami meminta untuk tak perlu post, tapi uang gausah dikembalikan. Ini wujud permohonan maaf karena kami memang ga bisa menjamin semua produk cocok di kulit partner dan beberapa waktu kemudian kami masih kerjasama untuk produk lain.

Kalau soal membandingkan nggak masalah sih mbak. tapi ya itu kembali ke kebijakan brandnya. Dan dari sisi blogger bisa menyampaikan perbandingan itu dengan reason yang jelas. Jangan cuma produk A buagus banget pokoknya dibanding B itu kan nggak clear. hehe. jadi kasih alasan pendukung gitu .

3. Pertanyaan : Apa saja referensi untuk platform TLD yang recomended dan terpercaya?

Jawab : Wah, kalau TLD yang penting (dot)com (dot)net (dot)co.id gitu.  Tapi kalau pertanyaannya soal recommended dan terpercaya sepertinya bisa ditanyakan pada sesi lain pas ttg bahasan teknis blogging ya.  Kami dr brand cuma yg penting ga pake (dot)blogspot.com atau blogspot.id wordpress.id gitu.
Kalau newbie mungkin yang penting dari sisi konten baik gaya penulisan,  foto,  dan tema blog juga mesti diperhatikan sekalian utk membranding blog tsb .

4. Pertanyaan :
• Setelah melihat hasil kerjasama dengan blogger, biasanya apa yang dinilai oleh brand sehingga terbuka kemungkinan bekerjasama kembali?

• Bagaimana brand menilai rate card dari seorang blogger? Apakah RC blogger ini kemahalan, murah, atau ideal dengan budget brand?

Jawab :
• Ini jawabannya subjektif ya .  Karena seperti rate card, nggak ada standar yg nyamain antarbrand dan Setelah melihat hasil kerjasama dengan blogger, biasanya apa yang dinilai oleh brand sehingga terbuka kemungkinan bekerjasama kembali?

Yang dinilai ada macem-macem ya.  Kalau kami sendiri terkait pageview dinilai, tapi nggak utama.  Karena riset kami nunjukin kalau pageview blog itu biasanya bagus setelah tulisan terindex 3 bulanan.  Sementara untuk collect data pertiga bulan baru dievaluasi itu cukup menyita waktu.

Jadi biasanya ada beberapa aspek yang langsung kelihatan:

1. Cara penulisan, Ini sangat menentukan.  Paham nggak sih dgn penulisan kalimat yang efektif.  Biasanya kalau sekali kerjasama dan hasil tulisannya terlalu muter2,  maka kami ga pake lagi.  Khawatirnya message yang ingin disampaikan jadi blunder krn penulisan yang misal 1 kalimat sampe 3 baris.  So penggunaan tanda baca penting yag.

2. Foto pendukung, Visual ini penting banget.  Ga masalah devicenya apa,  tapi kalau kerjasama berbayar maka kualitas harus setara misalnya visualnya HD dan clear.  Kalau brand lipstik misalnya, please jangan males swatch  di bibir.  Karena kalau di tangan aja itu nggak representatif.  Kalau ga mau di bibir karena brand ga mau bayar kemahalan, so negosiasikan aja.  Kalau ga sesuai, ya belum jodoh.

3. Blogger beneran cocok atau hanya mention2 cocok,  tapi habis itu dipreloved? Jadi ga masalah sebenernya misal temen2 dapet PR gift lalu mau dipreloved,  tapi at least tunggu dl sekitar 3 bulanan.  Karena dengan menjual pr gift sebelum 3 bulan itu kesannya kemarin bilang oke,  kok dijual gini ya?  Kecuali kamu memang punya produk double.

4. Saling profesional dari awal hingga after kerjasama.  Jadi saya pernah ada kasus nego dengan blogger.  Kita nego harga.  Blogger oke nih,  eh ternyata dia oke di email terus di alter accountnya di twitter bahas dengan hate speech kok ngepasin aja ada team yg patroli lihat.  So, kalau ada uneg-uneg selama kerjasama emang baiknya dishare aja.  Cuma yaitu,  saya akui ga semua brand bisa diajak komunikasi begini .
• Bagaimana brand menilai rate card dari seorang blogger? Apakah RC blogger ini kemahalan, murah, atau ideal dengan budget brand?

A.  Dilihat media kitnya gimana performa channelnya. 
B.  Kualitas kontennya.  Worth it ga sih dengan bayaran sekian (meliputi cara menulis dan visual)
C.  Dilihat dari brief brand. 

That's why saya prefer bayar blogger ketimbang gratisan tp minta banyak krn kalo gratis (hanya dikasih produk)  maka brand jangan banyak mau juga.

5. Pertanyaan : Aku sering mengamati, ketika ada PIC mencari blogger yang blognya banyak bahas beauty, ternyata seringnya yg dpt job tersebut temen2 blogger yg bahkan gak pernah bahas beauty sama sekali. Tapi poin plusnya, follower IG nya lumayan banyak. Aku jadi bingung, karena gak sesuai dengan persyaratan awal untuk daftar job tersebut. Aku sering menemui kasus seperti itu. Antara blog dan IG, sebenarnya yang didahulukan brand sebagai pertimbangan yang mana?

Jawab : Itu kembali lagi sebenernya ke PIC tadi.  Dia memahami nggak ranah dan goals yang ingin dia capai.  Kadang,  di lapangan PIC tersebut tidak paham sampai di titik itu.  Jadi blur...  Karena ga clear memahami goalsnya.  Kalau udah paham goals,  ya harusnya didahulukan yang blogger ya.  Karena kerjasama untuk awareness di ig bisa tanpa blog.
Kedua,  brand beauty memang nggak cuma kerjasama dengan beauty blogger or creator juga.
Misalnya di brand yang saya handle,  kami kerjasama dengan travel blogger juga karena ada goals menekankan pentingnya skincare saat traveling misalnya dan mau ekspansi target market.
So, penyebabnya memang kompleks mbak.  Tp sejauh pengamatan dan pengalaman saya pernah recruitment  team,  memang di awal PIC itu belum paham.  Parahnya kadang dari brandnya juga ga clear ngarahinnya.
Kalo instagram misal goalsnya mau ningkatin profile visit brand,  mau promosi produk ke warga ig yang sifatnya cepat (diskon sekian persen dlm 2 hari swipe up).  Kalau blog, tentu ga bisa pake tujuan itu.  Kaya kerjasama. IG tapi mau dapetin backlink website ya ga bisa. Jadi pertimbangannya ya goals tadi.  Tapi PIC harus clear dan paham dulu goalsnya .

Nahh... Itu dia pembahasan dan tanya jawab dari seminar online ini .

Summary dari NgopCan 10 x BEAUTIESQUAD :
1. Setiap beauty brand punya kriteria tertentu saat hire blogger.
2. Pemilihan blogger juga didasarkan pada goals brand serta positioning si blogger sendiri.
3. Social media blogger penting, tapi bukan berarti harus beli follower. Yang utama kualitas karakter, bukan jumlah follower.
4. Era blogger belum punah, masih tetap dibutuhkan meskipun saat ini trennya bergeser ke ranah lain.
5. Ekspektasi dari brand saat hire blogger antara lain: blogger bisa menjadi kepanjangan tangan dari brand untuk menyampaikan produk, terjadi simbiosis mutualisme, serta membantu brand meningkatkan brand value.

Sekian dulu nihh readers pembahasannya .
Jangan lupa mampir juga ke blognya ka erny

http://www.ernykurnia.com/

Dan jangan lupa follow BEAUTIESQUAD
https://www.instagram.com/beautiesquad/

Smoga bermanfaat . Jangan lupa like and share yya . Thanks .😁

Comments

Post a Comment

Popular Posts